kesenian sastra sunda  

Posted by kesenian in

Sastra Sunda Tetap Hidup

           Sastra Sunda selama ini masih tetap hidup dan terus berkembang. Regenerasi sastrawan dan penyair Sunda berjalan dengan baik melalui komunitas seni dan sastra di daerah.
"Bahkan, generasi muda semakin banyak yang menaruh minat pada sastra Sunda seiring dengan ajang kompetisi yang kerap dilakukan komunitas seni dan sastra," kata sastrawan sekaligus penyair Sunda, Godi Suwarna, di sela-sela Lomba Baca Puisi Sunda Se-Priangan Timur, Minggu (11/5) di Aula Gedung DPRD Kabupaten Ciamis.
Lomba itu diikuti 75 peserta dari berbagai daerah di wilayah Priangan Timur. Pesertanya dikhususkan bagi yang berusia 17 tahun ke atas. Persyaratan tersebut diberlakukan guna membatasi jumlah peserta sehingga kegiatan dapat dilakukan selama sehari. Pemenang I diberi hadiah uang Rp 2 juta, pemenang II sebesar Rp 1,5 juta, dan pemenang III Rp 1 juta.
Menurut Godi, kendati sastrawan Sunda senior masih produktif berkarya, proses regenerasi terus berlangsung. Ini tampak dari keikutsertaan anak-anak muda, bahkan ada yang masih duduk di bangku SD, dalam setiap lomba sastra Sunda, seperti lomba baca puisi.
"Sejak Ajip Rosidi lahir juga mungkin sudah banyak yang bilang bahwa bahasa dan sastra Sunda semakin terpinggirkan dan terancam. Akan tetapi, kenyataannya sampai sekarang masih ada dan malah berkembang," kata Godi.
Bahkan, sastrawan dari Cipasung, Tasikmalaya, Acep Zamzam Noor, menuturkan, dibandingkan dengan sastra daerah lain, sastra tulis dan lisan Sunda justru masih lebih baik dan selalu eksis. Adapun sastra daerah lain, seperti Jawa dan Bali, baru berkembang lebih optimal setelah munculnya penghargaan Rancage. Di Jawa Barat, generasi muda sastrawan Sunda banyak terdapat di wilayah Priangan Timur.
Menurut Acep, terus hidup dan berkembangnya sastra Sunda sangat dipengaruhi keberadaan komunitas seni dan sastra di daerah. Meskipun kadang dengan dana terbatas, mereka bisa menggelar acara berkualitas.

Lomba-lomba dalam sastra Sunda berpeluang dijadikan agenda rutin pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dengan memberikan dukungan dana yang memadai. Apalagi, kegiatan itu merupakan bagian dari pelestarian budaya lokal.

Akan tetapi, pemerintah daerah umumnya tidak tertarik melakukan kegiatan tersebut. Jika bersedia pun biasanya mereka ingin menjadi panitia penyelenggara. "Nah, terkadang hal semacam ini justru menjadi tidak efektif karena dana yang dianggarkan sering kali tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan," ujar Acep.
Minim media
       Kendati demikian, Godi menyayangkan minimnya media massa berbahasa Sunda yang dapat mengakomodasi karya sastra Sunda anak muda saat ini. Media massa Sunda yang ada masih sering menampilkan karya-karya sastrawan Sunda senior sehingga karya sastrawan Sunda muda belum bisa muncul.
Selain itu, sastrawan Sunda generasi muda masih banyak berkarya dalam dua bahasa, bahasa Sunda dan Indonesia. Terkadang hal tersebut menyulitkan mereka dalam berkarya.
"Kalau sastrawan Sunda generasi muda mau muncul, ya kuncinya adalah harus intensif berkarya. Itu saja," 

This entry was posted on Jumat, 13 Januari 2012 at 04.19 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar

Free Monkey ani Cursors at www.totallyfreecursors.com